Senin, 03 Desember 2007

KONDISI PENDIDIKAN KITA SAAT INI

. Pendidik: Panggilan Hati Nurani

Bagi mahasiswa, mempelajari Ilmu Pendidikan menjadi paradoks yang harus diakui bahwa suatu saat ia akan tampil menjadi seorang pendidik. Menjadi pendidik adalah panggilan hati nurani (beruf) yang penuh idealisme, karena menjadi pendidik adalah tantangan hidup yang menarik. Pendidik boleh jadi maujud dalam diri seorang guru, seorang pemimpin, atau seorang manajer (yang tampil dalam bentuk pembimbing, kepala sekolah, tutor, perancang program kegiatan masyarakat, dan bisa juga birokrat perencana-pelaksana). Tidaklah mudah menjadi pendidik yang berhasil, karena ada yang menyatakan bahwa untuk menjadi guru yang baik (pengertian lebih sempit dari pendidik) harus berbekal beragam “kiat” yang tidak bisa secara spontan dipelajari atau ditularkan. Menjadi pendidik adalah bagian dari seni dalam kehidupan manusia, di mana masing-masing individu memiliki kemampuan yang berbeda (individual differences).

Orangtua, meski bukan guru, semestinya juga seorang pendidik dan pembimbing bagi anak-anaknya. Tidak banyak orangtua yang menyadari hal itu, tetapi secara alamiah mereka pun akan menjadi pendidik dan pembimbing, karena para orangtua bertanggung jawab atas perkembangan keturunan mereka. Tumbuhnya watak pendidik (educator) dalam diri seseorang memang bersifat relatif. Ada orang yang menonjol dalam sifat tersebut, ada pula yang tidak memperlihatkan sifat-sifat pendidiknya, sekalipun sebenarnya memiliki potensi cukup besar, misalnya dilihat dari sudut jenjang pendidikan, ragam pekerjaan, dan tanggung jawab atas generasi penerus. Untuk menumbuhkan kemampuan mendidik ini, seseorang harus memiliki kesadaran yang tinggi sekaligus pengalaman hidup yang luas, dan bersedia untuk senantiasa bersinggungan dengan masalah-masalah di sekitarnya.